Oleh : Sr. Luisa, SDP
Tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Dua puluh Sembilan tahun lalu, Kongres Guru Indonesia pertama kali diadakan di Surakarta tepatnya 24-25 November 1994. Kongres tersebut membawa harapan cerah bagi bangsa Indonesia karena para tokoh pendidikan saat itu mampu menemukan dan menyepakati sebuah keputusan yakni menghapuskan perbedaan suku, ras, agama, dan politik. Sejak saat itu, PGRI sah diakui Keputusan Presiden No.8 tahun 1994 bersamaan dengan ditetapkannya Hari Guru Nasional.
Sejenak merenungkan tema Hari Guru Nasional tahun ini, Bergerak Bersama rayakan Merdeka Belajar, kita bertanya, seberapa besar vibrasi merdeka belajar dialami khususnya dirayakan oleh guru, siswa, dan orang tua murid? Makna kata “perayaan” berarti pesta. Apakah sebuah eforia semata atau sesuatu yang perlu diperjuangkan secara berkelanjutan? Merdeka belajar tidak hanya diciptakan di sekolah oleh guru namun dapat dan sebaiknya diciptakan orang tua di rumah agar anak-anak makin merdeka menemukan pengtahuan lewat kemerdekaan eksplorasi secara terbimbing.
Seorang murid berlari cukup kencang menemui saya dan dengan senyum tulus memberikan sebatang coklat disertai senyum tulus dan ucapan, selamat hari guru. Saya menerima ungkapan dan perhatian anak ini dengan ucapan terima kasih disertai perasaan haru. Anak kecil itu menghilang dari pandanganku. Saya bertanya, apakah perhatian dari anak ini merupakan salah satu ungkapan bebas dari proses panjang yang telah dilewati sebagai murid yang merdeka? Merdeka untuk belajar, merdeka berekspresi, merdeka untuk sebuah apresiatif kepada gurunya?
Hari guru tidak hanya sebuah “pesta” namun menurut hemat saya, sebuah kesempatan bagi guru dan orang tua sejenak merenungkan perjalanan panjang “menjadi guru” bagi anak bangsa di sekolah dan di rumah. Sebuah ajakan dan spirit untuk makin kolaboratif demi sebuah kemerdekaan utamanya bagi anak bangsa agar esensi dari penanaman karakter COIS dan kurikulum merdeka yang diperjuangkan bersama dapat mengantar anak-anak menggenggam nilai-nilai kehidupan dan menjadikannya bekal meraih cita-cita.
Sekolah-sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Penyelenggaraan Ilahi (YPII) terus berbenah dalam segala aspek. Salah satu upaya yang menjadi ciri khas adalah penanaman dan pembiasaan karakter COIS. Siswa-siswi dibimbing untuk tumbuh secara holistik yakni menjadi pribadi cerdas, otentik, beriman pada Penyelenggaraan Ilahi dan solider. Mari berkolaborasi makin menciptakan suasana belajar sebagai sebuah perayaan bukan sebuah penghakiman.
Selamat Hari Guru 25 November 2023.
Terima kasih suster tulisan yang bagus yang mewakili kita semua, Tuhan memberkati