Pijaran lilin-lilin kecil, kerlap-kerlip lampu natal, dan lantunan syair-syair natal di awal Desember menjadi penanda natal akan tiba. Sama seperti tahun sebelumnya, natal masih dirayakan dalam situasi pandemi. Pelbagai persiapan jasmani dan rohani dilakukan. Masa adven selama empat minggu membantu kita mempersiapkan batin sebagai palungan nyaman untuk Imanuel. Selian itu kesibukan menghias rumah dengan pernak-pernik natal, Menyusun menu istimewa hingga menyiapkan kado bagi orang-orang tercinta. Natal adalah pesta iman  sekaligus kesempatan berefleksi akan kelahiran Yesus Sang Juruselamat pada dua ribu tahun lalu. Dalam permenungan-permenungan pribadi, pertanyaan-pertanyaan reflektif selalu muncul dan menanti jawaban secara pribadi, apakah natal masih relevan di masa pandemic? Apakah persiapan-persiapan di atas telah membawa kita menemukan makna natal secara baru atau hanya rutinitas tahunan yang dangkal tak bermakna?

Kampus Santo Yoseph, secara khusus SD Santo Yoseph mencoba menyusun kembali pernak-pernik pengalaman selama kurang lebih setahun dalam sebuah bingkai permenungan. Terdapat banyak makna yang dapat dipelajari dari pandemi yang berkepanjangan. Kemampuan memaknai pandemic tentunya membawa semangat untuk teguh, tekun, dan kreatif di masa abu-abu ini. Kehilangan orang-orang terdekat tak dimungkiri karena menyisakan pilu dan kesedihan yang berpengaruh pada kesehatan mental. Di lain sisi, pandemi menjadi kesempatan untuk mempelajari banyak hal. Kehadiran teknologi yang dahulu dianggap sebelah mata oleh sebagian orang ternyata menjadi sarana yang efektif dalam segala urusan selama “masa gelap” sehingga hidup menjadi dinamis. Teknologi mau tidak mau telah meminta kita “secara paksa” untuk bangkit dan belajar dan mendalami teknik-teknik sederhana hingga teknik rumit agar kompetensi sebagai guru tidak tertinggal.  Proses pembelajaran yang masih dilakukan secara daring, demikian juga kegiatan-kegiatan lain seperti ekstrakurikuler, pendalaman semangat Michelisian, lomba-lomba dan perayaan hari kemerdekaan, Michelisian Go Talent, dan kegiatan-kegiatan lain menjadi sebuah kesempatan memaknai pandemi sebagai kesempatan untuk terus bertumbuh dan kreatif. Pandemi bukan sebuah malapetaka yang menyurutkan semangat.

Proses pembelajaran secara daring perlahan mengalami perubahan ketika angka kematian menurun yakni dengan adanya keputusan pemerintah agar sekolah-sekolah mengadakan pembelajaran tatap muka terbatas (PTM-T). Pelbagai upaya dilakukan baik dari pihak sekolah; guru, siswa, orang tua, dan pemerintah serta Dinas Kesehatan agar siswa-siswi yang mengikuti PTM-T tetap kondusif demikian juga siswa-siswi yang masih belajar dari rumah dapat mengikuti pembelajaran dengan optimal. Guru-guru selalu berjaga dengan setiap keputusan dari pemerintah yang di dalamnya pasti terdapat perubahan-perubahan yang kadang secara tiba-tiba. Sikap berjaga-jaga dalam situasi yang seolah tak pasti pada akhirnya menumbuhkan kebiasaan baru yakni sikap siap sedia, tanggap, tangguh, dan kreatif dalam diri guru. Pertanyaan kritis yang kemudian muncul di akhir semester setelah PAS, apakah pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan PTM-T) yang telah terlaksana selama ini sudah membantu siswa cerdas, otentik, beriman pada Penyelenggaraan Ilahi, dan solider?

Realitas yang terjadi selama masa pandemi atau lebih tepatnya selama setahun ini memunculkan pelbagai macam reaksi atas tugas sebagai guru, siswa, maupun pihak-pihak yang ikut andil dalam koridor pendidikan. Menjelang akhir tahun ini, selayaknya sebagai pribadi baik guru, siswa, orang tua dan setiap pribadi mundur sejenak untuk merefleksikan lika-liku kehidupan selama tahun 2021. Adakah moment natal telah membawa setiap menyadari kelahiran-kelahiran baru dalam hidup yang telah dicapai selama setahun? ataukah ingin segera menyudahi semua pengalaman karena hidup dan pekerjaan seolah mandeg dan jalan di tempat? Tema natal 2021, Cinta Kasih Kristus yang Menggerakan Persaudaraan juga mengajak setiap pribadi, menelisik secara jujur, apakah saya secara pribadi sudah bersaudara hangat dengan diri sendiri yang akhirnya membawa api dan semangat untuk dibagikan pada sesama dan semesta? Persaudaraan bukan sekedar siapa yang dekat dan membuat nyaman tapi bagaimana saya secara pribadi berjuang mendekati pribadi yang defisit kasih bahkan dianggap pribadi sulit.

                                “Selamat Natal 2021 dan Selamat Tahun Baru 2022”


                                                                                                                       Sr. Luisa Anin, SDP